Skip to main content

Membaca Borges dan Orang-Utan Abadi

HMJ PBSI UNISDA LAMONGAN ADAKAN SEMINAR P2K3 SEBAGAI JAWABAN PERTANYAAN "KULIAH SASTRA MAU JADI APA?"

MENULIS SASTRA, 
Mengelola Kepribadian Dan Masa Depan Kehidupan.
Oleh: Rodli TL.
Pandangan Umum
Sastra yang merupakan serapan dari kata Shastra, bahasa Sanskerta itu teks bermakna ajaran atau pedoman. Sastra merupakan cipta manusia baik lisan maupun tulisan yang mengandung maksud nilai-nilai kebaikan yang indah dan menarik, diajarkan dari generasi pendahulu ke generasi berikutnya dengan kandungan keindahan. Sebagaimana Sapardi Djoko Damono mengungkapkan bahwa dalam kehidupan sastra menampilkan gambaran realitas sosial yang menurut Suyitno menjadi peristiwa yang imajinatif dan kreatif yang dapat dipertanggungjawabkan. Tentunya karya sastra merupakan pengalaman ekspresi dan imajinasi seseorang  berupa pikiran, perasaan, semangat dan iman sebagaimana yang diuangkapkan dengan bahasa yang indah.

Werren (1989)  mengungkapkan ciri-ciri sastra yaitu:
Sebuah ciptaan
Luapan emosi
Bersifat otonom yang selaras antara bentuk dan isi
Menghadirkan sintesis terhadap hal-hal yang bertentangan
Mengungkapkan yang tidak terungkap dengan bahasa sehari-hari.

Makna dan ciri sastra tersebut memunculkan banyak fungsi, di antaranya adalah:
Fungsi rekreatif, dapat memberikan hiburan yang menyenangkan bagi penikmat.
Fungsi didaktif, mengajarkan nilai-nilai dan norma kebaikan untuk direnungkan dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari . 
Fungsi transdensi, memotifasi untuk mengenal segala aspek hidup, Tuhan dan segala ciptaannya.

Nusantara sangat kuat dengan sastra lisan. Hampir setiap transformasi peristiwa sejarah beriringan bahkan didahului sastra. Sastra sangat bisa mempengaruhi kepribadian seseorang bahkan kebijakan suatu pemerintahan. Kalau kita mau menengok perkembangan sastra Inggris dari penulis William Shakespeare, kemudian kita komparasikan bagaimana kerajaan dikelola menjadi negara maju, disebabkan peran sastra dalam bentuk naskah-naskah drama William Shakespeare yang seringkali menjadi tontonan wajib istana, maka cukuplah strategi mengkudeta dan persoalan lain yang memecah pemerintah hanya ada dalam naskah William dan panggung-panggung sandiwaranya, sebab istana sudah diberitahu bagaimana kerajaan dikudeta oleh orang-orang dekatnya, dan potensi konflik lainnya serta solusinya.

Bila kita menengok ke belakang tentang fungsi sastra di Nusantara, maka akan kita temukan banyak karya sastra yang sejatinya menjadi kitab suci agama-agama bumi, bahkan menjadi doa-doa ritual kepercayaan tertentu.  Kuntowijoyo pun pernah memaklumatkan dengan sastra profetiknya, bahwa sastra adalah media transendental, sastra adalah media humanisasi, sastra adalah media liberasi.

Sastra akan menjadi media untuk memenuhi seluruh kebutuhan spiritual umat manusia, butuh akan kekuatan di luar dirinya, terhadap yang ghaib, terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kebutuhan pada fungsi sebagai makhluk sosial, interaksi dan saling menjaga keharmonisan hubungan, dan liberasi, bahwa manusia butuh pembebasan untuk mengekspresikan hal-hal yang positif.

Menyimpul beberapa wacana di atas, pada hakikatnya sastra punya spirit yang sangat kuat untuk membentuk kepribadian seseorang dan masyarakat dalam mengelolah dirinya.

Mengapa menulis
“Sahabat Ali Bin Abi Tholib berpesan pentingnya menulis, ikatlah ilmu dengan menulis. Begitu juga pemikir besar Imam Ghazali mengatakan kalau kamu bukan anak raja dan bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis”.

Selain yang terungkap di atas masih banyak fungsi dan manfaat untuk dijadikan kenapa proses kreatif menulis harus dilakukan. Di antaranya adalah sebagai berikut:

Media pengungkapan pikiran dan perasaan
Hasil sebuah penelitian mengungkapkan bahwa kecenderungan seseorang berbicara dalam pikirannya sendiri itu lebih banyak dibanding berbicara langsung dengan orang lain. Dan pembicaraan tersebut cenderung dikendalikan oleh prasangka-prasangka negatif. Tentu persoalan dalam diri tersebut perlu dicarikan solusi, diantaranya pikirannya harus banyak disi dengan aktifitas dzikir, membaca kitab suci, atau bacaan-bacaan yang inspiratif. Cara lain adalah dengan menulis.

Menulis adalah cara yang sangat baik untuk mengontrol pikiran kita, akan bisa mengalihkan prasangka yang negatif tersebut pada prasangka-prasangka positif. Seluruh pikiran dan perasaan yang acap kali berkecamuk akan punya ruang postif bebas terekspresikan dalam bentuk tulisan. Ekpresi dalam bentuk tulisan punya kecendrungan pada hal-hal yang postif dan optimis dalam melihat masa depan. Bila pikiran dan perasaan terkontrol pada hal-hal yang positif maka akan menjadi laku dan sikap yang positif.

Media penemuan eksistensi
Menulis merupakan proses mencari dan menandai kepribadian yang prosesnya interaksi seluruh pikiran, perasaan dan sikap dengan fenomena kehidupan penulis. Karya-karya yang dihasilkan akan banyak membantu seseorang menemukan eksistensi dirinya, maka benar sebuah ungkapan yang pernah dilontarkan Pramodya menulis adalah iktiyar untuk tidak digilas zaman dan sejarahnya. Tulisan dalam karya sastra akan mengidentifikasi kepribadian yang sebenarnya, dan bisa menjadi bahan perbaikan evaluasi tentang perkembangan kepribadian.

Media meminimalisir gangguan jiwa atau stress
Sebagaimana tertulis pada bagian pertama, bahwa seseorang punya kecenderungan yang cukup besar berbicara dengan pikirannya sendiri yang prosentasinya lebih besar pada prasangka-prasangka negatif. Maka bila persoalan tersebut tidak segera dikspresikan dengan berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung, tentu akan berdampak pada depresi dan stress tingkat tinggi. Seringkali para psikiater menyarankan agar menyempatkan bertemu dengan teman-teman dan ngobrol yang menyenangkan agar bahagia. Selain itu mengekpresikan perasaan dan pikiran dalam tulisan adalah cara yang cemerlang untuk meminimalisir dipresi dan stress. Menulis akan sangat membantu menyampaikan semua permasalahan perasaan dan pikiran yang ada.

Media proses kreatif berkarya
Syarat berfikir kreatif itu harus terimplementasi dalam perbuatan, dibuktikan dengan karya yang dihasilkan. Tulisan bisa menjadi hasil kreatifitas yang bisa menjadi pijakan untuk melakukan kreatifitas lain, juga bentuk dokumentasi dari karya kreatifitas yang dihasilkan. Kreatifitas karya dalam bentuk tulisan adalah budaya keilmuan dan akademik tertinggi, lantaran kreatifitas karya tulisan bisa dimanfaatkan melampaui latar dan waktu, melampaui wilayah dan zamannya.

Media peningkatan kualitas kepribadian yang lebih baik.
Lantaran proses menulis mampu mengelola pikiran-pikiran negatif beralih pada yang positif, maka akan menjadi sifat dan sikap positif, dan pasti akan menempatkan seseorang tersebut pada tempat yang positif, tempat yang baik. Hampir semua manusia dikenal memiliki kepribadian yang baik salah satunya dikenal lewat tulisannya. Sebab para penulis terbiasa dengan mengelola pikiran dan perasaanya dengan tulisan. Dan pasti para penulis akan sangat mempertimbangkankan manfaat tulisan bagi pembaca, bagi keseluruhan hidup. Penulis pasti punya cita-cita besar akan masa depan kehidupan yang lebih baik.

Strategi Menulis Kreatif
Menanamkan  rasa cinta pada  karya sastra dengan banyak membaca ragam dan tema yang disukai.

Memotivasi diri menulis
Silaturahmi dengan sesama penulis dengan mengikuti pertemuan-pertemuan acara kepenulisan
Membuat jadwal yang rutin dan ketat dalam menulis.
Mempublikasikan tulisan

Sebrnarnya banyak strategi yang ditawarkan pakar dalam melakukan proses menulis karya sastra, mulai dari membuat kerangka sebagaimana yang ada pada bangunan plot, atau dengan cara brainstorming, mengumpulkan kata dan frase yang ada kaitannya dengan tema, namun selalu saja muncul pertanyaan bagaimana cara mendapatkan ide, bahkan ada yang berhenti menulis karena merasa tidak pernah dapat ilham untuk menulis. Padahal ada strategi menulis tanpa diawali punya ide, yaitu cukup menulis satu kata yang kemudian dikembangkan menjadi kalimat, paragraf dan seterusnya.

Saat kita mengembangkan kata menjadi kalimat, biasanya pada saat itu ide akan berdatangan. Lantaran saking banyaknya ide yang muncul, semakin bingung mana yang ditulis. Maka tulislah apa saja yang melesat dipikiran saat menulis. Jangan kawatir nyambung atau tida dengan ide pertama. Biarlah mengalir menjadi tulisan, sebab ide yang datang adalah kekayaan dalam proses menulis. Menulislah sampai bisa menikmatinya. Bila mulai payah, istirahatlah. Saat pikiran kembali segar, baca ulang tulisan yang mungkin berantakan tersebut. Setelah membaca keseluruhan maka dengan sendirinya kalian akan punya keinginan besar merapikan setiap kalimat, setiap ide menjadi tulisan yang menarik, bahkan bisa jadi kita akan takjub dengan tulisan kita yang awalnya tidak punya ide apa yang harus ditulis.

Rawatlah semua tulisan, sebab tulisan hari ini yang mungkin kita anggap tidak berharga akan menjadi ide yang sangat menarik untuk menjadi karya besar.  Penulis hebat adalah yang punya banyak tulisan. Penyakit terbesar dalam menulis adalah hilangnya kemauan menulis.

Yakinlah bahwa setiap potensi kebaikan akan berkembang manfaatnya dengan proses kreatif menulis, sebagaimana harapan Al-Ghozali bahwa manfaat kebaikan penulis akan mampu melampaui anak raja atau anak ulama.


Lamongan, 21 Februari 2020
Dipresentasikan sebagai materi workshop peningkatan kemampuan kebahasaan dan kesastraan Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra 
Unisda Lamongan, 22 Februari 2020

Comments

Popular posts from this blog

Analisis Perbandingan Teks Sastra Cerpen “Sepotong Senja Untuk Pacarku” dan "Jawaban Alina" Karya Seno Gumira Ajidarma dengan Dongeng 1000 Candi (Kajian Sastra Bandingan)

Disusun Oleh: Ahmad Farid Yahya 1. Sinopsis Cerpen “Sepotong Senja Untuk Pacarku” dan "Jawaban Alina" Karya Seno Gumira Ajidarma A. Sinopsis Cerpen Sepotong Senja Untuk Pacarku “Sepotong Senja untuk Pacarku”, sebuah cerpen yang menceritakan sebuah surat berisi sepotong senja yang diberikan oleh seorang laki-laki kepada kekasihnya yang bernama Alina. Di dalam cerpen tersebut dikisahkan bahwa sang tokoh “aku” mengerat sebuah senja di tepi pantai lengkap dengan angin, debur ombak, matahari terbenam, dan cahaya keemasan. Ia memang sangat ingin memberikan sepotong senja pada kekasihnya. Ia tak mau memberikan banyak kata-kata, karena pada kenyataannya kata-kata sudah tidak berguna. Di dalam cerita itu, sang tokoh “aku” berhasil mengerat sepotong senja yang ditaruh di dalam sakunya. Walaupun setelah senja itu ia potong, tokoh “aku” rela dikejar-kejar oleh polisi karena ia diduga telah mencuri senja dan membuat gempar. Ia menyelip-nyelip dengan kecepatan tingg

Menuliskan Angan-Angan, Menceritakan Pengalaman : sebuah pembacaan atas buku Upacara Penyeretan Jiwa karya Ahmad Farid Yahya

Khoirul Abidin* Dari harapan dan pengalaman, lahirlah sebuah buku Upacara Penyeretan Jiwa (sepilihan cerpen) ini. Serupa kue lapis, sepuluh "pilihan" cerita pendek dalam buku yang terbilang ramping atau tipis ini disajikan dengan berbagai warna; tema. Pada bagian awal penulis seakan mengingatkan, bahwa hidup memang penuh dengan kejutan. Apa-apa yang akan terjadi di hari depan, manusia tiada pernah bisa menebak. Untuk itu, usaha dan doa mesti selalu diselaraskan—mengingat Waktu-lah penentunya. Cinta itu buta dan tuli, lirik Lagu Galau Al Ghazali, barangkali itu yang menuntun tokoh utama dalam cerpen pembuka berjudul "Hanya Aku, dan Seumur Hidup", untuk membunuh kekasih terkasih dengan tangannya sendiri. "Aku mana bisa membiarkanmu dicintai semua orang, diperjuangkan semua orang, dan dimiliki semua orang. Aku hanya ingin kau menjadi milikku ...." Begitulah suara hati lelaki tanpa nama yang terbaca pada halaman 3. Ada kecemasan, ketakutan yang melingkari hati