Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2020

Membaca Borges dan Orang-Utan Abadi

TANDA ELIPSIS

Makalah Oleh: Ahmad Farid Yahya 1. Tanda Elipsis Tanda elipsis (bahasa Yunani: ἔλλειψις, élleipsis, "penghilangan") adalah tanda baca yang biasanya menandai penghilangan sengaja suatu kata atau frasa dari teks aslinya. Tanda ini dapat menunjukkan jeda pada pembicaraan, pikiran yang belum selesai, atau, pada akhir kalimat, penurunan volume menuju kesenyapan (aposiopesis). Simbol untuk tanda elipsis adalah rangkaian tiga tanda titik (...) atau suatu glif yang berupa tiga bintik (…). Menurut Dr. H. Syamsul Ghufron, M.Si. elipsis adalah pelepasan unsur bahasa yang dapat dimunculkan kembali pemahamannya. Di sini elipsis yang dimaksud oleh Dr. H. Syamsul dalam bukunya Kesalahan Berbahasa Teori dan Aplikasi adalah elipsis dalam tataran wacana. Sedangkan maksud dari tanda elipsis sudah dipaparkan di paragraf pertama. Pada intinya, elipsis adalah pelesapan. Pelesapan sama artinya dengan penghilangan atau peluruhan. Penulisan tanda elipsis menggunakan 3 titik. Namun jika e

Analisis Kesalahan Berbahasa

Oleh: Iib Marzuqi, M.Pd. Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa Komunikasi berbasaha dikatakan mantap bila gagasan komunikator yang dikemukakan dalam bentuk bahasa menghasilkan tanggapan yang sesuai pada diri komunikasi. Adanya kesesuaian antara  gagasan komunikator dengan tanggapan  komunikasi disebabkan  oleh adanya kesamaan penguasaan sistem bahasa yang digunakan dalam komunikasi tersebut. Sistem bahasa merupakan keseluruhan aturan atau pedoman yang ditaati oleh para pemakai suatu bahasa. Karena itu, untuk berbahasa secara komunikatif, pemakai bahasa harus tahu, paham, dan mampu menggunakan sistem tersebut. Sebaliknya, pelanggaran terhadap sistem bahasa, baik disengaja atau pun tidak, menyebabkan timbulnya kesalahan berbahasa yang menghambat kesalahan yang diharapkan. Berbahasa merupakan bentuk perbuatan komunikatif  yang diperoleh melalui peristiwa belajar. Hasil belajar, termasuk dalam belajar berbahasa, ditentukan oleh berbagai faktor,  baik faktor bawaan ataupun lin

SAMBAT ADALAH SASTRA

Sudah makan? Nanti kita makan lagi. Orang-orang akhir-akhir ini lebih suka bercerita. Ah, ya, sambat. Sore tadi ada yang bilang mengenai sambat. Ya begitulah, tapi, ya, jangan terlalu sering sambat. Kemarin ketika COD juga saya dinasehati, ah tidak bukan nasehat juga, barangkali guyonan, mungkin. Saya diguyoni--yang mengarah atau setidak-tidaknya terasa menasehati--agar tidak suka sambat. Mau kujawab seketika bahwa "sambat itu sastra" tapi sungkan. Gegegege. Begini,. Sambat adalah suatu kondisi di mana seseorang ingin meronta-ronta, menggelontorkan semua keluh-kesahnya. Ah, barangkali keluh-kesah itu sendiri telah tergolong sambat. Anggap saja saya yang kurang menguasai pedoman ejaan Bahasa Indonesia terbaru yang jarang diketahui orang; PUBEI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia). Orang-orang masih mengira ejaan kita EYD (Ejaan yang Disempurnakan). Ah ladalah, saya bingung ini yang benar EYD atau KBBI yang saya maksud. Sudah, sudah, lanjut ke sambat saja. Begini,.

S. Jai, ngRong, dan Skripsi yang Layak Terbit

Skripsi, sebuah tulisan yang barangkali biasa saja bagi para mahasiswa. Tapi bagi saya pribadi, setidak-tidaknya tuntutan dalam relung hati, ingin menulis skripsi yang layak untuk diterbitkan. Salah satunya seperti skripsi dari cendikia terkenal Soe Hok Gie dengan skripsi "Orang-Orang di Persimpangan Kiri Jalan". Tak hanya itu. Skripsi para penulis biasanya memang cukup menjual untuk diterbitkan. Seperti punyanya Pak Nurani Soyomukti dengan judul "Pramoedya dan Marxsisme". Saya sebagai penggemar Pramoedya pastinya tertantang untuk menulis skripsi tentang Pramoedya. Tapi ketika saya konsultasikan ke dosen, ternyata ditolak mentah-mentah dengan alasan yang sangat logis. Pramoedya bukan lagi kelas nasional, tapi kelas dunia. Jadi yang neliti sudah tak terhitung, dan nanti akan kesusahan di "penelitian sebelumnya yang relevan". Akhirnya saya memutuskan untuk mengambil kajian sastra bandingan. Agar tak terlalu memalukan jadi sastrawan (abal-abal). M

Gerbang Dunia

Oleh: Ahmad Farid Yahya Tempat itu kumuh, penuh debu, dan berjajar para gelandangan sedang tidur di situ. Kalau pagi mulai datang, orang-orang itu kebanyakan menyingkir pergi. Ada beberapa yang masih bertahan sampai akhirnya Pak Satpam mengusirnya. Kemudian malamnya mereka datang lagi untuk tidur di situ. Bagimana tidak, mereka memang tak punya rumah. Hidup di negeri yang kaya raya ini, dan tak punya rumah, adalah sebuah kehinaan. Jam 08.00 para buruh memasuki pabrik. Sedang gelandangan itu ada yang bertahan di sekitar situ. Mau makan apa? Tak tahu. Satu orang kencing di sebuah gelas plastik bekas, lalu diminumnya kencingnya sendiri. Itu orang gila. Tak tahu mana air bersih dan tak tahu mana air kencing. Tapi setidaknya, kita dan orang gila sama tahu bahwa tak semudah itu mendapatkan air dalam gelas. Padahal airnya diambil dari negeri kita. Uang kita diambil buat bayar air itu. Rupa-rupa kekonyolan semakin menjadi. Sore hari ketika para buruh pabrik pulang, beberapa gelanda