Skip to main content

Membaca Borges dan Orang-Utan Abadi

TANDA ELIPSIS

Makalah Oleh: Ahmad Farid Yahya
1. Tanda Elipsis

Tanda elipsis (bahasa Yunani: ἔλλειψις, élleipsis, "penghilangan") adalah tanda baca yang biasanya menandai penghilangan sengaja suatu kata atau frasa dari teks aslinya. Tanda ini dapat menunjukkan jeda pada pembicaraan, pikiran yang belum selesai, atau, pada akhir kalimat, penurunan volume menuju kesenyapan (aposiopesis). Simbol untuk tanda elipsis adalah rangkaian tiga tanda titik (...) atau suatu glif yang berupa tiga bintik (…).

Menurut Dr. H. Syamsul Ghufron, M.Si. elipsis adalah pelepasan unsur bahasa yang dapat dimunculkan kembali pemahamannya. Di sini elipsis yang dimaksud oleh Dr. H. Syamsul dalam bukunya Kesalahan Berbahasa Teori dan Aplikasi adalah elipsis dalam tataran wacana. Sedangkan maksud dari tanda elipsis sudah dipaparkan di paragraf pertama. Pada intinya, elipsis adalah pelesapan. Pelesapan sama artinya dengan penghilangan atau peluruhan.
Penulisan tanda elipsis menggunakan 3 titik. Namun jika elipsis berada di akhir kalimat maka akan ditambah 1 titik sebagai penutup kalimat. Menurut PUEBI, ada 2 fungsi utama dari tanda elipsis;

1. Dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat ada bagian yang dihilangkan. Contoh: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa." Jika digunakan tanda elipsis akan menjadi, "Hai orang-orang yang beriman ...". Penggunaan tanda elipsis pada kalimat ini menunjukkan bahwa ada penghilangan kalimat.

2. Dipakai untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog. Contoh: "Aku mencintaimu. Tapi ...." Pada kalimat ini penggunaan tanda elipsis menunjukkan bahwa masih ada kata atau kalimat yang belum selesai.

2. Analisis Kesalahan Penggunaan Tanda Elipsis pada Karya Ilmiah

Pada karya ilmiah berjudul "Mengapresiasi Drama Sebagai Karya Sastra" yang termuat dalam makalah kelompok 7 mata kuliah Analisis Kesalahan Berbahasa semster 8 PBSI UNISDA Lamongan ditemukan beberapa kesalahan penggunaan tanda elipsis. Seperti pada halaman 24;

Yu Minah: (hanya mlongo bingung). Pak .....pak? Aduh anak kurang ajar, sudah menipu orang tua mentah-mentah ya. Awas

Pada kalimat di atas terjadi kesalahan penggunaan tanda elipsis yang seharusnya setelah kata "Pak" diikuti dengan spasi dan tanda titik 3. Akan tetapi di atas setelah tanda spasi diikuti oleh 5 titik. Penggunaan tanda elipsis pada kalimat di atas pun kurang cocok, semestinya menggunakan tanda koma. Selain itu terdapat pula kesalahan penggunaan tanda elipsis pada makalah yang sama di halaman 25;

Dengan begitu diharapkan pembaca maupun siswa-siswi SMA NEGERI .... dapat mengapresiasi drama sehingga drama dapat dikembangkan dan dilestarikan.

Penggunaan elipsis pada kalimat di atas sudah sesuai konsep fungsi elipsis yaitu penghilangan bagian kalimat. Namun kesalahan di atas adalah jumlah titik yang lebih 1. Jika elipsis berada di akhir kalimat maka titik berjumlah 4. Tetapi elipsis di atas berada di tengah kalimat,dan semestinya titik hanya berjumlah 3.
Ini yang banyak disepelekan oleh orang. Bahwa meski jumlah titik lebih satu, itu tetap sebuah kesalahan berbahasa.

Comments

Popular posts from this blog

Analisis Perbandingan Teks Sastra Cerpen “Sepotong Senja Untuk Pacarku” dan "Jawaban Alina" Karya Seno Gumira Ajidarma dengan Dongeng 1000 Candi (Kajian Sastra Bandingan)

Disusun Oleh: Ahmad Farid Yahya 1. Sinopsis Cerpen “Sepotong Senja Untuk Pacarku” dan "Jawaban Alina" Karya Seno Gumira Ajidarma A. Sinopsis Cerpen Sepotong Senja Untuk Pacarku “Sepotong Senja untuk Pacarku”, sebuah cerpen yang menceritakan sebuah surat berisi sepotong senja yang diberikan oleh seorang laki-laki kepada kekasihnya yang bernama Alina. Di dalam cerpen tersebut dikisahkan bahwa sang tokoh “aku” mengerat sebuah senja di tepi pantai lengkap dengan angin, debur ombak, matahari terbenam, dan cahaya keemasan. Ia memang sangat ingin memberikan sepotong senja pada kekasihnya. Ia tak mau memberikan banyak kata-kata, karena pada kenyataannya kata-kata sudah tidak berguna. Di dalam cerita itu, sang tokoh “aku” berhasil mengerat sepotong senja yang ditaruh di dalam sakunya. Walaupun setelah senja itu ia potong, tokoh “aku” rela dikejar-kejar oleh polisi karena ia diduga telah mencuri senja dan membuat gempar. Ia menyelip-nyelip dengan kecepatan tingg

Menuliskan Angan-Angan, Menceritakan Pengalaman : sebuah pembacaan atas buku Upacara Penyeretan Jiwa karya Ahmad Farid Yahya

Khoirul Abidin* Dari harapan dan pengalaman, lahirlah sebuah buku Upacara Penyeretan Jiwa (sepilihan cerpen) ini. Serupa kue lapis, sepuluh "pilihan" cerita pendek dalam buku yang terbilang ramping atau tipis ini disajikan dengan berbagai warna; tema. Pada bagian awal penulis seakan mengingatkan, bahwa hidup memang penuh dengan kejutan. Apa-apa yang akan terjadi di hari depan, manusia tiada pernah bisa menebak. Untuk itu, usaha dan doa mesti selalu diselaraskan—mengingat Waktu-lah penentunya. Cinta itu buta dan tuli, lirik Lagu Galau Al Ghazali, barangkali itu yang menuntun tokoh utama dalam cerpen pembuka berjudul "Hanya Aku, dan Seumur Hidup", untuk membunuh kekasih terkasih dengan tangannya sendiri. "Aku mana bisa membiarkanmu dicintai semua orang, diperjuangkan semua orang, dan dimiliki semua orang. Aku hanya ingin kau menjadi milikku ...." Begitulah suara hati lelaki tanpa nama yang terbaca pada halaman 3. Ada kecemasan, ketakutan yang melingkari hati

HMJ PBSI UNISDA LAMONGAN ADAKAN SEMINAR P2K3 SEBAGAI JAWABAN PERTANYAAN "KULIAH SASTRA MAU JADI APA?"

MENULIS SASTRA,  Mengelola Kepribadian Dan Masa Depan Kehidupan. Oleh: Rodli TL. Pandangan Umum Sastra yang merupakan serapan dari kata Shastra, bahasa Sanskerta itu teks bermakna ajaran atau pedoman. Sastra merupakan cipta manusia baik lisan maupun tulisan yang mengandung maksud nilai-nilai kebaikan yang indah dan menarik, diajarkan dari generasi pendahulu ke generasi berikutnya dengan kandungan keindahan. Sebagaimana Sapardi Djoko Damono mengungkapkan bahwa dalam kehidupan sastra menampilkan gambaran realitas sosial yang menurut Suyitno menjadi peristiwa yang imajinatif dan kreatif yang dapat dipertanggungjawabkan. Tentunya karya sastra merupakan pengalaman ekspresi dan imajinasi seseorang  berupa pikiran, perasaan, semangat dan iman sebagaimana yang diuangkapkan dengan bahasa yang indah. Werren (1989)  mengungkapkan ciri-ciri sastra yaitu: Sebuah ciptaan Luapan emosi Bersifat otonom yang selaras antara bentuk dan isi Menghadirkan sintesis terhadap hal-hal yang bertentang