Skip to main content

Membaca Borges dan Orang-Utan Abadi

BUMDesa Di Desa Cengkir Kecamatan Kepohbaru Kabupaten Bojonegoro


BUMDesa adalah Badan usaha milik desa (atau diakronimkan menjadi Bumdes) merupakan usaha desa yang dikelola oleh Pemerintah Desa, dan berbadan hukum. Pemerintah Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi Desa.

Pembentukan Badan Usaha Milik Desa ditetapkan dengan Peraturan Desa. Kepengurusan Badan Usaha Milik Desa terdiri dari Pemerintah Desa dan masyarakat desa setempat.

Permodalan Badan Usaha Milik Desa dapat berasal dari Pemerintah Desa, tabungan masyarakat, bantuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota, pinjaman, atau penyertaan modal pihak lain atau kerja sama bagi hasil atas dasar saling menguntungkan. Badan Usaha Milik Desa dapat melakukan pinjaman, yang dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan BPD.

Alokasi Dana Desa adalah dana yang dialokasikan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota untuk desa, yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selanjutnya disingkat APB Desa adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD, yang ditetapkan dengan Peraturan Desa.

Menurut Pak Gaguk, selaku PJ Desa Cengkir, BUMDesa di Desa Cengkir berdiri pada sekitar tahun 2008/2009 dengan modal awal Rp 10.000.000,-. Pada awal berdirinya BUMDesa di Desa Cengkir ini, BUMDesa langsung menjadi sarana simpan-pinjam tanpa adanya koperasi. Sehingga membuat BUMDesa akhirnya macet dan vakum sampai beberapa tahun lamanya.

Kevakuman ini diakibatkan oleh modal awal BUMDesa yang tidak bisa digunakan dengan maksimal karena langsung dipinjam oleh warga. Masalahnya adalah ketika dana sudah dipinjam, dan pelunasannya macet. Hal ini menyebabkan BUMDesa vakum selama beberapa tahun dan baru dihidupkan lagi di tahun 2018.

Pada tahun 2018, BUMDesa dihidupkan lagi dengan penyuntikan modal sebesar Rp 15.000.000,- dari dana desa. Namun kembali terulang, dana dipinjam dan pengembaliannya kurang lancar sehingga sampai tahun 2019 ini BUMDesa di Desa Cengkir masih dalam kondisi vakum. Dari pihak perangkat desa sudah memiliki kemauan untuk menghidupkan lagi BUMDesa. Namun kendala masih ada pada dana yang belum dikembalikan.

Setelah penulis melakukan konsultasi dengan Dinas PMD (Pemberdayaan Masyarakat Desa) di kantor kecamatan, didapatkan beberapa informasi terkait problematika dalam pengelolaan BUMDesa.

Menurut Bapak Achmad Yani, S.H. selaku ketua dinas PMD, "Rata-rata semua desa vakum. Masalah yang dihadapi pun sama." Berputar-putar pada dana. Pak Achmad Yani, S.H. juga menyebutkan bahwa pengelolaan BUMDesa itu terserah mau pakai dana desa juga bisa. Tapi rata-rata tidak berani karena masih juga ada kemungkinan dana akan macet kembali di lingkaran simpan-pinjam.

Pendirian BUMDesa sendiri harus memiliki 3 komponen ini: Perdes, SK Kades untuk kepengurusan, ADART. Sepanjang tidak ada tiga komponen ini, bisa dibilang bahwa BUMDesa tidak ada.

Di kecamatan Kepohbaru sendiri ada beberapa BUMDesa yang maju. Seperti BUMDesa di Desa Sugihwaras yang pernah juara 2 di tingkat provinsi. Ada juga BUMDesa dari Desa Tlogorejo dan Krangkong yang mendapat dana hibah  sebesar Rp 100.000.000,- untuk penguatan BUMDesa. Saat ini ada Desa Mojosari dan Kranggonanyar yang juga sedang mengajukan dana tersebut.

Di Desa Tlogorejo sendiri BUMDesa bergerak dalam bidang penjualan pupuk. Pupuk dari distributor KUD didistribusikan ke Desa Tlogorejo dengan bekerjasama dengan kios pupuk.

Sedangkan potensi di desa cengkir yang bisa dimanfaatkan dalam kaitannya dengan pemberdayaan BUMDesa adalah dengan membuat agrobisnis. Dengan tanaman yang sekiranya cocok untuk ditanam di Desa Cengkir. Tanaman seperti jambu kristal, mangga, buah naga, adalah beberpa tanaman yang bisa dibudidayakan di Desa Cengkir untuk kemudian diberdayakan oleh BUMDesa.

Desa Cengkir sendiri dikelilingi oleh beberapa dam (bendungan). Beberapa waduk ini, menurut Pak Achmad Yani, S.H. selaku ketua dinas PMD, dapat dikembangkan menjadi wahana wisata. Wahana wisata seperti tempat pemancingan dan beberapa tempat permainan, juga tempat untuk foto-foto.

Cengkir Kepohbaru Bojonegoro, Agustus 2019
Timred-Ahmad Farid Yahya, M. Nur Kholid

Comments

Popular posts from this blog

Analisis Perbandingan Teks Sastra Cerpen “Sepotong Senja Untuk Pacarku” dan "Jawaban Alina" Karya Seno Gumira Ajidarma dengan Dongeng 1000 Candi (Kajian Sastra Bandingan)

Disusun Oleh: Ahmad Farid Yahya 1. Sinopsis Cerpen “Sepotong Senja Untuk Pacarku” dan "Jawaban Alina" Karya Seno Gumira Ajidarma A. Sinopsis Cerpen Sepotong Senja Untuk Pacarku “Sepotong Senja untuk Pacarku”, sebuah cerpen yang menceritakan sebuah surat berisi sepotong senja yang diberikan oleh seorang laki-laki kepada kekasihnya yang bernama Alina. Di dalam cerpen tersebut dikisahkan bahwa sang tokoh “aku” mengerat sebuah senja di tepi pantai lengkap dengan angin, debur ombak, matahari terbenam, dan cahaya keemasan. Ia memang sangat ingin memberikan sepotong senja pada kekasihnya. Ia tak mau memberikan banyak kata-kata, karena pada kenyataannya kata-kata sudah tidak berguna. Di dalam cerita itu, sang tokoh “aku” berhasil mengerat sepotong senja yang ditaruh di dalam sakunya. Walaupun setelah senja itu ia potong, tokoh “aku” rela dikejar-kejar oleh polisi karena ia diduga telah mencuri senja dan membuat gempar. Ia menyelip-nyelip dengan kecepatan tingg...

Membaca Borges dan Orang-Utan Abadi

Peresensi: Ahmad Farid Yahya* Buku ini seperti sebuah pintu gerbang yang disajikan oleh penulis untuk mengenal Edgar Allan Poe lewat Jorge Luis Borges. Sebuah buku yang bertebaran komentar-komentar sastra brilian. Borges dan Orang-Utan Abadi merupakan novela terjemahan karya penulis asal Brazil. "Luis Fernando Verissimo adalah salah satu penulis Brasil paling populer berkat kolom satirnya di mingguan nasional Veja. Dia juga seorang novelis, penulis cerita pendek, penyair, kartunis, dan musisi kenamaan. Selain Borges and the Eternal Orang-Utans (2000), karyanya yang lain adalah The Club of Angels (1998), dan The Spies (2009) (halaman iii)." Karya ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Lutfi Mardiansyah, dan diterbitkan oleh Penerbit Trubadur. Novela ini bercerita tentang seorang penulis dan penerjemah bernama Vogelstein yang sedang mengikuti konferensi perkumpulan Israfel di Buenos Aires. Kita tahu bahwa Buenos Aires adalah tempat tinggal Jorge Luis Borges. Pada judu...

Kok Kebangeten Men

Kok Kebangeten Men ( Sebuah keruwetan keringanan biaya kuliah di masa pandemik ) Oleh: Ahmad Farid Yahya Kok kebangeten men. Kalimat yang populer karena merupakan penggalan lirik sebuah lagu yang sempat naik beberapa bulan lalu, yang dipopulerkan oleh Denny Caknan dengan judul "Kartonyono Medot Janji". Agaknya kalimat tersebut begitu cocok jika dianalogikan dengan birokrat kampus pada masa pandemik ini. Terlebih jika dianalogikan dengan KEMENAG yang medot janji peringanan biaya kuliah bagi mahasiswa UIN dan IAIN beberapa waktu lalu. Pasalnya dalam pandemik yang mengakibatkan pembelajaran lewat daring yang sama sekali tidak efektif dan tak jarang hanya copy-paste formalitas tersebut membuat pelik urusan biaya. SPP kuliah misalnya. Sampai saat ini, banyak kampus bahkan tidak menunjukkan tanda-tanda akan memberikan keringanan bagi pembayaran SPP. Terutama di kawasan Lamongan. Kampus-kampus tertentu memang memberikan kompensasi dengan pemberian kuota internet kepada mahasiswan...