Skip to main content

Membaca Borges dan Orang-Utan Abadi

Coronavirus dan Rembesan Masalahnya



M. Mansyur Affandi*

Tahun 2020 tampaknya menjadi tahun yang paling berkesan bagi manusia di bumi. Tak pernah terduga sebelumnya bahwa tahun 2020 akan menjadi pengingat yang paling kuat di kepala orang-orang yang hidup di tahun tersebut. Terlepas dari banyaknya isu besar yang beredar sebelum 2020, internasional maupun nasional, seperti pada bidang ekonomi, politik, maupun perang dagang antara Amerika Serikat dengan Tiongkok. Di Indonesia sendiri ada isu lingkungan hidup yang banyak diperbincngkan dalam wacana pemindahan ibu kota.

Pada akhir tahun 2019 berawal dari Wuhan, sebuah ibu kota provinsi Hubei di Tiongkok, bencana dimulai. Bencana tersebut disebabkan oleh sebuah virus yang bernama Corona virus atau COVID-19. Setiap virus punya karakteristik dan keunikan masing-masing. Salah satu keunikan dari virus COVID-19 adalah penyebarannya yang sangat cepat dan massiv. Pada awal 2020 virus menyebar ke berbagai negara dan menyebabkan banyak korban. Sampai akhirnya badan kesehatan dunia WHO menetapkan wabah itu sebagai pandemi global. Terdapat dampak negatif dan postif dari pandemi coronavirus ini.

Pandemi global yang diumumkan badan kesehatan dunia WHO melalui direktur jendral WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesusus pada 20 maret 2020 dalam konferensi pers di kantor pusat WHO di Jenewa membuat negara-negara di dunia mulai waspada. Negara-negara yang sudah mendeteksi terjadi kasus positif di dalam negaranya mulai membuat kebijakan untuk mengurangi dan menghentikan rantai penulaan virus. Kebijakan-kebijakan terebut berupa karantina wilayah atau PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), kerja dari rumah atau (work from home), social distance dan memantau warga lewat drone. 

Kebijakan-kebijakan tadi berdampak sangat besar dan mengubah kebiasaan hidup masyarakat di berbagai negara. Terjadi dampak poitif dan negatif dari kebijakan-kebijakan yang diberlakukan. Dampak negatif dari pandemi ini terjadi di berbagai sektor lini kehidupan seperti: ekonomi, pendidikan, politik dan keamanan.

Pertama, dampak negatif akibat pandemi ini dalam bidang ekonomi di antaranya: banyak perusahaan besar yang merugi dan mengurangi biaya produksi mereka akibatnya pekerjanya dirumahkan atau bekerja dari rumah. Dengan itu perusahaan mempunyai alasan untuk memotong gaji. Menambahnya pengangguran yang dihasilkan dari pemecatan atau PHK massal yang dialami oleh buruh pabrik di daerah-daerah menimbulkan masalah baru. Daya beli menurun akibatnya eknomoi melemah di berbagai negara yang terdampak virus. 

Di bidang pendidikan formal maupun informal seperti sekolah dan universitas di liburkan. Kegiatan pembelajaran diubah pelaksanannya menjadi belajar secara daring (dalam jaringan) atau secara online. Para peserta didik dan pengajar saling berkomunikasi lewat berbagai platform yang menyadiakan fitur tatap muka atau komunikasi secara online. Misalnya google dengan google classroom, ada juga Zoom, apikasi meeting populer, whatsapp dan instagram juga baru-baru ini menambah fitur baru yang mampu bertatap muka lewat video call lebih dari 6 orang. Berbagai universitas di indonesia melakukan wisuda secara online, bahkan ada yang menggunakan robot yang dilengkapi layar pada bagian kepalanya. Layar itu tersambung dengan kamera dari koneksi video call dengan wisudawan. Dampak negatif dari perubahan kegiatan belajar secara daring adalah kurang efektif, jenuh dan membosankan. 

Di bidang politik terjadi resistensi terhadap hubungan internasional antara negara-negara besar. Di antaranya: hubungan antara Amerika Serikat dengan Tiongkok. Dampak Coronavirus mengakibatkan Trump, presiden Amerika Serikat mengancam tidak bayar hutang ke Tiongkok. Pihak Tiongkok melalui juru bicara menteri luar negerinya menuduh Amerika adalah penyebar pertama coronavirus lewat militer. Akibat resistensi hubungan tersebut pihak Amerika menutup komunikasi dengan Tiongkok. Di lain pihak, Australia melakukan investigasi independen terhadap Coronavirus di Tiongkok karena merasa Tiogkok tidak transparan soal data Coronavirus. Akibatnya Tiongkok memberlakukan sanksi ekonomi ke Canbera.

Di bidang hukum, salah satu kebijakan di indonesia yang banyak disorot dan diperbincangkan oleh banyak orang adalah kebijakan asimilasi yang dilakukan oleh Menteri Hukum dan Ham. Banyak napi yang dilepaskan karena pandemi coronavirus. Alih-alih mengurangi masalah kebijakan tersebut, kebijakan asimilasi tersebut malah membuat masalah baru yaitu meningkatnya kriminalitas di tengah masyarakat. Di lain tempat tepatnya di Minneapolis, Amerika Serikat baru-baru ini terjadi aksi protes besar-besaran. Bukan hanya karena krisis akibat coronavirus saja, faktor yang menjadi pemicu aksi besar-besaran sampai Presiden Amerika Serikat, Donal Trump diungsikan ke dalam Bunker adalah karena isu rasisme terhadap George Floyd. Seorang kulit hitam yang meninggal akbat ditindih lehernya oleh polisi.

Berbicara tentang virus sebenarnya banyak sekali jenis virus di bumi ini, jenisnya puluhan ribu bahkan bisa lebih. Beberapa jenis di antaranya baru teridentifikasi oleh ilmuan, sisanya masih banyak yang belum teridentifikasi. 


*M. Mansyur Affandi,

remaja 23 tahun. Menetap dan besar di Kecamatan Modo, Kabupaten Lamongan. Kesibukan terakhir menjadi mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di UNISDA Lamongan.

Comments

Popular posts from this blog

Analisis Perbandingan Teks Sastra Cerpen “Sepotong Senja Untuk Pacarku” dan "Jawaban Alina" Karya Seno Gumira Ajidarma dengan Dongeng 1000 Candi (Kajian Sastra Bandingan)

Disusun Oleh: Ahmad Farid Yahya 1. Sinopsis Cerpen “Sepotong Senja Untuk Pacarku” dan "Jawaban Alina" Karya Seno Gumira Ajidarma A. Sinopsis Cerpen Sepotong Senja Untuk Pacarku “Sepotong Senja untuk Pacarku”, sebuah cerpen yang menceritakan sebuah surat berisi sepotong senja yang diberikan oleh seorang laki-laki kepada kekasihnya yang bernama Alina. Di dalam cerpen tersebut dikisahkan bahwa sang tokoh “aku” mengerat sebuah senja di tepi pantai lengkap dengan angin, debur ombak, matahari terbenam, dan cahaya keemasan. Ia memang sangat ingin memberikan sepotong senja pada kekasihnya. Ia tak mau memberikan banyak kata-kata, karena pada kenyataannya kata-kata sudah tidak berguna. Di dalam cerita itu, sang tokoh “aku” berhasil mengerat sepotong senja yang ditaruh di dalam sakunya. Walaupun setelah senja itu ia potong, tokoh “aku” rela dikejar-kejar oleh polisi karena ia diduga telah mencuri senja dan membuat gempar. Ia menyelip-nyelip dengan kecepatan tingg

Menuliskan Angan-Angan, Menceritakan Pengalaman : sebuah pembacaan atas buku Upacara Penyeretan Jiwa karya Ahmad Farid Yahya

Khoirul Abidin* Dari harapan dan pengalaman, lahirlah sebuah buku Upacara Penyeretan Jiwa (sepilihan cerpen) ini. Serupa kue lapis, sepuluh "pilihan" cerita pendek dalam buku yang terbilang ramping atau tipis ini disajikan dengan berbagai warna; tema. Pada bagian awal penulis seakan mengingatkan, bahwa hidup memang penuh dengan kejutan. Apa-apa yang akan terjadi di hari depan, manusia tiada pernah bisa menebak. Untuk itu, usaha dan doa mesti selalu diselaraskan—mengingat Waktu-lah penentunya. Cinta itu buta dan tuli, lirik Lagu Galau Al Ghazali, barangkali itu yang menuntun tokoh utama dalam cerpen pembuka berjudul "Hanya Aku, dan Seumur Hidup", untuk membunuh kekasih terkasih dengan tangannya sendiri. "Aku mana bisa membiarkanmu dicintai semua orang, diperjuangkan semua orang, dan dimiliki semua orang. Aku hanya ingin kau menjadi milikku ...." Begitulah suara hati lelaki tanpa nama yang terbaca pada halaman 3. Ada kecemasan, ketakutan yang melingkari hati

Upacara Penyeretan Jiwa : Sepilihan Cerpen Ahmad Farid Yahya